Kamis, 05 Januari 2012

ISBI, Menggabungkan Seni dan Budaya


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan melakukan perombakan pada Institut Seni Indonesia dan sekolah tinggi seni lainnya dan menggantinya dengan Institut Seni dan Budaya Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengatakan, rencana ini tak perlu direspons dengan membenturkan antara kesenian dan kebudayaan.

Menurutnya, definisi kebudayaan memiliki cakupan yang lebih luas jika dibandingkan dengan kesenian. Sebab, kata Nuh, dalam kebudayaan ada nilai, perilaku, etika, dan mind set.

"Seni dan budaya tidak perlu dibenturkan karena kesenian itu bagian dari kebudayaan," ujar Nuh, kepada Kompas.com, di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Kamis (5/1/2012).

"Budaya itu kan cipta karya rasa, jadi apapun yg terkait dengan cipta, karya, dan rasa adalah kebudayaan," lanjutnya.

Ia menjelaskan, dimasukkannya unsur budaya dalam Institut Seni dan Budaya (kemudian menjadi ISBI) merupakan sebuah upaya untuk menciptakan instrumen untuk mencetak budayawan melalui proses eksplorasi yang sistemik.

Ilmu kebudayaan, menurutnya, sama halnya dengan "entrepreneurship" mau pun "leadership". Ilmu-ilmu tersebut merupakan bagian dari bakat. Maka, kata dia, lumrah jika ada pihak yang menilai tidak perlu pendidikan khusus pada disiplin ilmu tersebut. Tetapi, kata Nuh, ada juga yang menilai bahwa bakat adalah potensi, sehingga perlu proses pendidikan untuk mengeksplorasinya.

"Memang pendidikan itu bisa formal, non formal, dan informal. Tapi intinya perlu instrumen untuk mengeksplor itu semua," kata Nuh.

"Kita ingin menghasilkan budayawan yang tidak hanya alami, tapi kita ingin membangun dan menciptakannya melalui proses eksplorasi yang sistemik," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar